Warisan islam terhadap dunia
- Muslih Shobir santri SMA Ar-Rohmah kelas 10 MIA 1 -

Kalau kita berbicara tentang perkembangan dunia teknologi dan sains, maka kita tidak bisa melupakan para tokoh islam yang menjadi pelopor penumu dasar ilmu pengembangan yang nantinya di kembangkan oleh para ilmuwan barat. Karena pada dasarnya manusia itu tidak akan pernah puas dengan apa yang ada, mereka selalu ingin menemukan hal baru lagi dan lagi.
Kita ambil contoh Al-Khawarizmi, beliau adalah penemu angka nol, penggagas algoritma, perintis konsep aljabar dan masih banyak penemuan penting lainnya. Penemuannya yang sampai sekarang terus membantu manusia adalah bilangan yang kita gunakan sehari-hari, mulai dari angka 0 sampai dengan angka 9, adalah hasil temuan yang di temukan oleh Al-Khawarizmi. Mark Zuckerbeg, CEO perusahan besar berskala internasional ini pernah berkomentar, “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya, padahal saya sangat mengidolakan ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, Whats App, BBM, Line, games bahkan komputer.” Benar saja, karena bila tidak di temukan algoritma, maka kita tidak akan bisa menikmati internet dan perangkatnya, karena motor penggerak internet itu adalah algoritma.
Berikutnya kita ada seorang ilmuwan yang di juluki sebagai bapak pengobatan modern yakni Ibnu Sina, orang barat mengenalnya dengan sebutan avicenna. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Beliau memulai karirnya menjadi seorang dokter saat usianya baru menginjak 17 tahun, dan pada usia 18 tahun, beliau mendapat gelar fisikawan. Selain menuai pujian, Canon of medicine juga menjadi sasaran kritik oleh ilmuwan Renaisans. Salah satu kritik datang dari dokter Abad Pertengahan, Arnold dari Villanova. Ia mengkritik Avicenna sebagai “juru tulis profesional yang telah membuat dokter Eropa bingung karena salah tafsirnya terhadap Galen.” Galen adalah dokter Yunani yang hidup di abad ke-2. Namun, pernyataannya itu tak bisa memungkiri kenyataan bahwa karya Ibnu Sina telah bertahan berabad-abad. Artinya, bahwa ini menunjukkan penemuan ibnu sina adalah salah satu penemuan yang paling fenomenal dalam sejarah manusia.
Tidak hanya Al-Khawarizmi dan Ibnu sina, banyak ilmuwan islam yang juga menjadi panutan dalam dunia sains dan teknologi hingga sekarang. Pembahasannya akan kita sambungkan di artikel berikutnya. Semoga bermanfaat.