ARROHMAHPUTRA.COM — Belajar tidak melulu berkutat dengan buku di dalam kelas. Di luar kelas pun bisa menjadi pembelajaran yang asyik dan menarik. Terlebih destinasinya sarat dengan sejarah dan perjuangan bangsa.
Seperti yang dilakukan santri oleh SMP Ar-Rohmah Putra Islamic Boarding School Pesantren Hidayatullah Malang. Ratusan santri kelas VII mengikuti outing class ke Lanud Abdul Rachman Saleh di Pakis, Kabupaten Malang.
Sugiarto selaku penanggung jawab acara mengemukakan bahwa, outing class ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan menyenangkan bagi para santri.
“Melalui outing class ini, santri dapat melihat langsung aplikasi dari teori yang dipelajari di kelas. Sehingga mereka lebih mudah memahami dan mengingat materi yang diajarkan,” ujarnya Kamis ((20/2).
Menurut ustadz Sugi, demikian sapaan akrabnya, di Pangkalan TNI AU tipe A yang dipimpin oleh seorang Komandan Pangkalan berbintang satu atau Marsekal Pertama TNI ini, para santri Ar-Rohmah Putra berkesempatan melihat lebih dekat salah satu benteng pertahanan Republik Indonesia.
Di mana, di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh ini membawahi 3 Skadron Udara. Yang meliputi Skadron Udara 32 yang mengoperasikan pesawat Angkut C 130 Hercules, Skadron Udara 4 mengoperasikan pesawat angkut sedang Cassa 212 dan Skadron Udara 21 mengoperasikan pesawat tempur Taktis OV-10 Bronco (digruonded). Selain juga terdapat Skadron Teknik 022 dan Rumah Sakit.

Berdiri pada 1930, terang ustadz Sugi, Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh ini dulunya bernama Pangkalan Udara Bugis dan memiliki peran penting bagi sejarah perjuangan Indonesia. Pada saat Indonesia dikuasai Jepang, Pangkalan Udara ini difungsikan oleh Angkatan Daratnya Jepang (Rikugun) sebagai tempat penyimpanan persediaan barang-barang keperluan militernya.
Setelah Jepang menyerah, pangkalan udara yang terletak 17 km di timur Kota Malang ini pun dikuasai kembali oleh pejuang dan difungsikan sebagai salah satu basis pertahanan udara Indonesia. Dirintis pula Sekolah Radio Udara (SRU) dan Sekolah Militer Udara (SMO) untuk melahirkan penerbang handal.
Selama 4 bulan dipimpin Komodor Prof. DR. Abdulrachman Saleh, lanjut ustadz Sugi, Pangkalan Udara Bugis mengalami banyak perubahan dan kemajuan. Tetapi naas, saat agresi militer Belanda pada tanggal 21 Juli 1947, Pangkalan Udara Bugis tak luput pula dikuasai oleh Belanda dan dijadikan sebagai basis pertahannya.
Berlangsung mulai pukul 08.00 hingga pukul 11.00 WIB., seluruh santri pun mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias./*Rypur