Santri Millenial Harus Maslahat Untuk Umat

Langit bersih terang benderang pagi itu. Nampak rapi barisan siswa putra yang juga santri lengkap dengan sarung dan peci. Tegap menghadap tiang bendera, takzim melaksanakan upacara dengan simbol sama warna bendera, merah putih.

Bertempat di halaman di lapangan Darul Jihad Islamic Boarding School Ar-Rohmah Putra Pesantren Hidayatullah Malang, seluruh santri dan murobby mengadakan Apel Akbar Hari Santri, Kamis 22 Oktober 2020.

Ada banyak hal yang disampaikan Ustadz Fahmi selaku Pembina upacara saat itu. Terkait penetapan tanggal 22 Oktober yang merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad.” Berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Menjadi tonggak sejarah bangsa ini.

Sebagai santri di zaman millenial, ada 6 poin yang diutarakan oleh ustadz Fahmi untuk santri.

Pertama, menjunjung tinggi perabadan Islam.
Dimanapun kita sebagai santri berpijak, kemuliaan akhlak dan ketulusan budi pekerti harus di junjung tinggi. Termasuk kewajiban ta’at kepada aturan-aturan Allah SWT.

Kedua, menjelajah ilmu. Santri harus gemar membaca, sabar dalam menuntut ilmu, serta selalu meresume, dan mengulang-ulang pelajaran untuk mendapatkan yang diharapkan.

Membangun argumentasi dan mempertahankan. Melatih santri berpikir kritis dan analisis. Melecut santri untuk menulis, serta menguatkan daya ingatnya. Semangat belajar dengan semboyan waktu adalah ilmu.

Ketiga, moderat. Dalam melihat, memahami, lalu menghukumi sesuatu, santri hendaknya memiliki kesadaran diri bahwa sesungguhnya setiap orang tidak memiliki hak mengatakan yang paling benar. Santri itu tidak mudah menyalahkan orang lain dan mengafirkan sesama. Selalu bersikap promotif akan kebaikan dan kebenaran.

Keempat, visioner. Santri harus memiliki wawasan global dengan cita-cita dan harapan setinggi langit. Menyiapkan diri menjadi pemimpin yang menginspirasi utuk mewujudkan negara yang baldatun, thoyibatun warobun ghofur.

Kelima, mandiri. Niat ikhlas meninggalkan dunia gemerlap di luar, dan kemanjaan kasih sayang dari orang tua harus dikuatkan untuk menjadikan diri tahan banting dan siap menghadapi tantangan.

Keenam, cinta tanah air. Apa yang dilakukan santri saat ini adalah upaya mempersiapkan diri, baik untuk diri sendiri, orang tua, keluarga bangsa dan negara. Ketika negara menyeru untuk memberikan pengabdian terbaiknya, maka santri harus bergegas tampil ke gelanggang depan, ikut berjuang membela bangsa dan negara.

“Santri harus mampu mengambil peran sebagai inisiator kebaikan dan perubahan sosial demi kemaslahatan umat, bukan sekadar pendorong,” papar Ust. Fahmi Ahmad MM dalam menutup orasinya.