Pesan bagi para pencari ilmu oleh Sdavincii
Salah satu keharuan dari para asatidzah SMP- SMA Ar-Rohmah Pesantren Hidayatullah Malang adalah kembalinya santri alumni ke pesantren dengan membawa sekeranjang pengalaman. Momen ini begitu dirindukan, bak kembalinya si anak hilang ke pangkuan orang tua tersayang.
Dan kesempatan itu kembali terulang, saat Sultan Syafiq kembali ke pesantren untuk memenuhi undangan. Menjadi mentor bagi adik-adik kesayangan, dalam acara bertajuk
workshop penulisan.
Mari kita simak, pesan dan kesan yang kami terima dari sdavincii, nama pena penulis muda berbakat, yang in syaa Allah akan merilis novel ke-limanya pada bulan ini:

Mengenang gerbang pesantren sebagai bentuk sekat perpisahan antara dunia luar dengan dunia pendidikan. Itu yang aku rasakan dulu, pertama kalinya menjadi santri. Merasakan jauh dari orang tua dan lingkungan yang menemani untuk tumbuh. Apakah menyesal masuk pesantren? Untuk itu jawabannya jelas tidak. Namun jika ditanya apakah menyesal dengan segala yang dilakukan selama ini di pesantren? Jawabannya iya.
Menyesali sesuatu yang sudah berlalu memang semacam menjadi hal yang kurang bermanfaat. Tapi lihat, bagaimana tidak menyesalnya ketika kau turun ke sebuah jurang penuh emas namun naik ke atas dengan hanya membawa sedikit emas. Itu yang aku rasakan, enam tahun di pesantren, rasanya ilmu yang dibawa untuk keluar seakan masih kurang. Meskipun ketika di luar nanti kita bahkan memiliki nilai lebih yang tidak pernah kita sadari. Usah terus menggaungkan tentang pesantren tempatnya anak nakal atau pesantren adalah tempat pendidikan nomor dua, pesantren adalah tempat terpilih untuk mereka yang memang memiliki mental lebih.

Menyadari bahwa ilmu agama lebih dari segalanya dan harus dicapai dengan sungguh sungguh, bukan main-main. Dimana lagi kita bisa belajar memuliakan ilmu, menganggap ilmu adalah sebuah cahaya dan tidak mungkin masuk ke dalam diri kita jika jiwa sendiri tidaklah bersih. Saat wadah-wadah pendidikan lain tidak menyadari itu, pesantren mengajarkan kami bahkan saat menginjak langkah pertama.
Di Ar-Rohmah Putra, disinilah mental dan kepribadian untuk menjadi manusia yang berbeda dan terpilih terbentuk. Kita melihat semua dengan sudut pandang yang berbeda dengan kecermatan dan kecerdasan yang dilatih, tanpa henti. Menjadi gelas kosong yang akan selalu haus untuk diisi oleh ilmu ilmu baru. Bukan bertemu di dunia tujuan akhirnya, namun kembali bisa berkumpul di surga kelak, dengan amal sholih dan kebaikan yang tak pernah lelah diperlombakan.
